. . .

Bitcoin telah beredar di seluruh dunia, termasuk Indonesia, dalam sedekade terakhir. Dengan rentang waktu sependek itu, ternyata Bitcoin telah mencapai nilai pasar satu triliun dolar! Data ini berdasarkan laporan yang baru-baru ini dirilis oleh Deutche Bank, salah satu bank terbesar di dunia. Dengan kapitalisasi pasar satu triliun dolar, maka Bitcoin menjadi “mata uang” terbesar ketiga dunia.

Laporan yang berjudul “Bitcoins: Can the Tinkerbell Effect Become a Self-Fulfilling Prophecy?” ini merupakan bagian ketiga dari tulisan Dr Marion Laboure, yang diterbitkan dalam seri laporan “The Future of Payments”.

Bitcoin’s market cap of $1 trillion makes it too important to ignore.

Dr Marion Laboure

Kalimat pertama laporan tersebut, sebagaimana tertera di atas, menunjukkan keseriusan Bitcoin sebagai komponen keuangan yang tak dapat terelakkan lagi. Bitcoin ada dan tak mungkin menghilang. Lebih lanjut lagi, Dr Laboure menekankan bahwa selama institusi masih membeli Bitcoin dari pasar, maka harga Bitcoin akan semakin melambung.

Meski demikian, laporan ini juga tidak menampik bahwa kemanfaatan Bitcoin yang masih sangat terbatas (misalnya tidak cukup banyak yang menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran) menjadi bahan pertimbangan apakah Bitcoin layak dikategorikan dalam kelas aset. Kemudian, Tinkerbell Effect yang dimaksud di dalam laporan ini menunjuk pada mekanisme penciptaan harga Bitcoin. Harga Bitcoin tercipta karena orang-orang mempercayai bahwa Bitcoin memiliki harga. Istilah Tinkerbell Effect ini merujuk pada cerita kanak-kanak Peter Pan yang menganggap Tinkerbell ada, hanya karena banyak anak-anak kecil yang juga percaya bahwa Tinkerbell ada.

Bitcoin juga diyakini oleh banyak pihak, termasuk regulator dan pemerintah di berbagai negara, sebagai sistem yang tidak akan hilang begitu saja. Buktinya, berbagai negara menerbitkan aturan terkait aset kripto, baik dari segi perdagangan, kepemilikan, maupun perpajakan atas keuntungan yang berkaitan dengan aset kripto. Tak hanya itu, ternyata banyak negara juga semakin terpacu untuk membuat Central Bank Digital Currency (CBDC) yang berbasis teknologi yang sama dengan Bitcoin, yakni blockchain.

Bitcoin dan Tesla

Laporan ini memberikan komparasi menarik antara Bitcoin dan Tesla. Tesla memiliki kapitalisasi pasar sebesar US$665miliar, atau lima kali lipat nilai pasar gabungan antara GM dan Ford. Padahal, GM menjual 8 kali lipat lebih banyak mobil ketimbang Tesla, sementara Ford lima kali lipat. Bagaimana ini bisa terjadi? Ternyata, pasar melihat Tesla sebagai pemimpin pasar di masa depan, di mana tren mobil listrik akan semakin besar dan diminati.

Demikian pula dengan Bitcoin. Valuasi Bitcoin saat ini sedikit lebih besar ketimbang mata uang Yen Jepang, separuh mata uang USD, dan sembilan kali lebih besar ketimbang GBP. Padahal, jumlah bitcoin yang diperdagangkan di seluruh dunia hanya 0,05 kali Yen, dan 0,06 kali GBP. Yang terjadi di sini amat serupa dengan Tesla, di mana Bitcoin diasosiasikan dengan metode pembayaran lintas yurisdiksi dan bahkan metode pembayaran di masa depan.

Komparasi kinerja historis Bitcoin dan Tesla.

Tesla yang lima tahun lebih tua ketimbang Bitcoin semakin meyakinkan orang bahwa ia akan memimpin industri mobil listrik, dengan produksi massal Model 3 dalam 18 bulan terakhir. Dr Laboure menyebut bahwa dua-tiga tahun ke depan akan menjadi saat-saat yang menetukan bagi Bitcoin apakah akan memenuhi ekspektasi investornya, atau tidak.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.