. . .

Sejak jadi barang hype beberapa waktu belakangan ini, orang berbondong-bondong membeli NFT. NFT dipromosikan sebagai solusi lesunya dunia seni di masa pandemi ini. Barang-barang NFT diproduksi oleh para artis digital kontemporer yang diserbu pembeli layaknya kacang goreng. Tak hanya kacang goreng biasa, tetapi kacang goreng berlapis emas, karena harga tertingginya mencapai 69 juta dolar AS!

Saya sendiri tak cukup tertarik membeli NFT, kecuali beberapa Cryptokitties yang saya beli demi mencari tahu cara kerja kucing-kucing ini, membiakkannya, dan memberikannya ke orang lain sebagai hadiah. Sayangnya, kucing pertama yang saya berikan ke orang lain, Billie namanya, hilang karena si penerima tak mencatat dengan baik kunci privat alamat tujuan. Tapi tak mengapalah, namanya juga belajar.

Keragu-raguan saya terbukti manakala saya membaca artikel terbitan bitcoin.com ini. Beberapa pembeli merasa kecewa karena NFT yang mereka beli hilang atau diganti dengan benda digital lainnya. Benda-benda digital yang jadi NFT itu, di antaranya tweet di platform Twitter, audio, atau yang paling sering, gambar digital, disimpan dalam server pihak ketiga ataupun platform IPFS.

Sayangnya, media penyimpanan tersebut, baik server maupun IPFS, tidak menjamin bahwa barang NFT yang terasosiasi dengan token, tersimpan dengan permanen. Barangkali si pembeli tidak familiar dengan teknologi blockchain, yang sebenarnya tidak termasuk menjamin data yang tersimpan di luar blockchain.

Tidak hanya itu, sebenarnya dalam lingkup internal sistem blockchain sendiri ada masalah data availability yang kompleks! Mengapa? Karena umumnya blockchain memiliki kemampuan purge yang menghapus data-data lama yang tak lagi terpakai. Jadi, sekalipun seseorang mengunggah barang digital sebagai aset NFT, tak ada jaminan bahwa data digital tersebut awet hingga sepuluh tahun ke depan!

Demikian juga dengan barang digital yang disimpan di server pihak ketiga, misalnya Cloudinary atau IPFS. Banyak orang beranggapan kalau penyimpanan data dalam IPFS bersifat permanen. Itu jelas salah, karena IPFS hanya menjamin bahwa sebuah data diberi alamat permanen, namun tidak dengan isinya. Terserah pada pemilik server IPFS apakah akan terus menjalankan layanannya atau mematikan layanan tersebut kapanpun mereka inginkan.

Maka, meskipun artikel bitcoin.com menyebut bahwa solusi ipfs2arweave.com bisa menyelesaikan persoalan NFT ini, saya tetap tak yakin, tentu saja dengan alasan data availability yang saya sebutkan di atas.

Maka bila Anda berniat membeli NFT, apalagi yang berbentuk digital, pikirkan masak-masak, apalagi bila harganya tinggi. Jangan sampai barang tersebut lenyap dalam dua-tiga tahun dan investasi Anda menguap.

Lantas, apakah ini awal dari akhir demam NFT?

One thought on “Kelemahan Sistem NFT Bisa Rugikan Investor”

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.