Beberapa waktu yang lalu Tesla bikin pengumuman mengejutkan. Perusahaan milik Elon Musk ini akan menerima pembayaran dalam bentuk Bitcoin, selain tentu saja uang dolar, untuk mobil listrik Tesla yang mereka jual.
Berita ini disambut antusias oleh para pegiat aset kripto di seluruh dunia, karena menganggap hal ini sebagai milestone yang baik bagi penggunaan aset kripto, terutama bitcoin, sebagai alat pembayaran (patut diingat bahwa bitcoin tidak diakui sebagai alat pembayaran di Indonesia). Lebih lagi, Musk juga dianggap sebagai tokoh yang mendukung aset kripto selain Jack Dorsey dari Twitter.
Tapi ternyata, membeli mobil listrik Tesla dengan bitcoin bisa memantik masalah di kemudian hari.
JP Koning, seperti dilansir Yahoo Finance menjelaskan, bahwa pengguna berpotensi mengalami kesulitan apabila harus melakukan pengembalian (refund) atas mobil yang mereka beli dengan menggunakan bitcoin. Maklum saja, perlindungan konsumen di Amerika Serikat cukup baik karena ada aturan memperbolehkan konsumen mengembalikan produk mereka hingga 24 bulan sejak tanggal pembelian.
Nah ternyata, Tesla memiliki daftar klausul yang cukup panjang yang ditujukan bagi para konsumennya. Salah satunya soal pengembalian ini. Menurut klausul, Tesla berhak melakukan pengembalian dana atas pembelian mobil Tesla yang telah dibeli konsumen menggunakan bitcoin tadi dengan uang fiat ataupun bitcoin. Jadi, si pembeli akan mendapat uang fiat atau bitcoin, pihak Tesla lah yang menentukan.
Di sinilah letak permasalahan tersebut. Kita tahu bahwa harga bitcoin memiliki fluktuasi yang cukup besar. Dalam selang waktu 24 bulan, tak ada yang tahu pasti apa yang terjadi.
Nah, bayangkan seorang konsumen membeli satu mobil Tesla dengan membayar satu bitcoin, katakanlah, setara USD50ribu. Lantas, 24 bulan kemudian konsumen tersebut tak puas dan meminta refund pada Tesla. Pada saat itu, harga bitcoin jatuh ke harga USD25ribu. Maka, Tesla bisa saja mengembalikan pembayaran mobil sebesar satu bitcoin. Dari sini, si pembeli jelas merugi USD25ribu atas kejatuhan nilai bitcoin.
Atau, kemungkinan lainnya, harga bitcoin meningkat jadi USD75ribu. Tesla memiliki hak untuk mengembalikan dana sebesar USD50ribu yang merupakan harga setara satu bitcoin saat mobil tersebut dibeli. Atas kasus ini, konsumen merugi USD25ribu atas selisih meningkatnya harga bitcoin.
Dari sini saja terlihat bahwa pembayaran menggunakan bitcoin terlalu berisiko bagi perusahaan, utamanya bila harga aset kripto tersebut jatuh. Langkah hati-hati dilakukan pabrikan lain seperti General Motors (GM) yang belum mengiyakan penerimaan bitcoin sebagai alat pembayaran, namun tidak juga menampik bahwa hal ini akan terjadi.
Maka tak heran bila uang fiat masih akan jadi idola untuk beberapa waktu ke depan.
7 thoughts on “Beli Mobil Tesla Pakai Bitcoin Bukan Ide Bagus, Ini Sebabnya”