Mempromosikan teknologi mata uang kripto dan blockchain memang perlu dilakukan, demi pengembangan industri yang masih muda ini di tanah air. Namun, perlu juga ditekankan bahwa edukasi juga mesti berdasarkan fakta dan data akurat.
Tanggal 30 April lalu, PPATK melalui kanal Instagram resmi lembaga negara tersebut mempublikasikan sebuah informasi tentang diseminasi berkaitan dengan keterkaitan antara teknologi finansial (termasuk blockchain) dengan pencucian uang. ABI yang diwakili direkturnya Oham Dunggio memberikan pemaparan, sebagai berikut:
Prosentase pencucian uang yang dilakukan menggunakan teknologi blockchain tidak signifikan, yakni hanya kisaran 0-4 persen. Hal ini terjadi karena para pelaku bitcoin semakin menyadari bahwa segala aktivitas digital semua akan terekam jejaknya sampai kapanpun dan sesulit apapun caranya, sehingga para pelaku memilih untuk tidak lagi melakukan pencucian uang dengan teknologi keuangan bitcoin…
Oham Dunggio, Direktur ABI (via instagram.com/PPATK_ID)
Patut dimengerti bahwa ABI mendapatkan suntikan dana dari para pelaku industri blockchain, sehingga segala komentar yang diberikan oleh para petingginya mesti disesuaikan dengan kepentingan pelaku industri. Termasuk pula meredam isu negatif terkait aset kripto, yang berkarakter semi-anonim (pseudo-anonymous). Di hadapan PPATK yang memang spesialis pelacakan transaksi keuangan, ABI memaparkan bahwa pemanfaatan teknologi aset kripto untuk kepentingan pencucian uang tidak signifikan. Benarkah demikian?
Sebagai seorang akademisi yang (hampir) tiap hari bergelut dengan artikel dan jurnal berkaitan dengan anonimitas teknologi blockchain yang tersedia saat ini, pendapat ABI ini kurang tepat. Pencucian uang melalui transaksi aset kripto adalah masalah nyata saat ini, dan mungkin makin besar di masa mendatang. Hal ini telah saya sampaikan melalui artikel ilmiah saya yang berjudul CrypTaxForensic, yang dapat diakses secara gratis melalui kanal Arxiv besutan Cornell University (tautan ini telah saya sampaikan melalui kanal Instagram PPATK_ID, namun tak pernah mendapat respon).
CrypTaxForensic adalah judul yang saya pilih untuk mengekspresikan keprihatinan saya soal potensi eksploitasi teknologi aset kripto dalam rangka pemindahan aset dari satu pihak kepada pihak lain tanpa terdeteksi agen pemerintah yang berwenang. Dalam artikel tersebut dipaparkan bagaimana aset kripto berpotensi menyusutkan penerimaan negara karena penghindaran pajak yang dilakukan dengan memanfaatkan transaksi aset kripto alih-alih transaksi perbankan yang tercatat dan terpantau dengan baik.
Memang, pada hampir semua situs artikel mata uang kripto selalu disampaikan bahwa tiada tempat bagi para pencuci uang dalam teknologi blockchain, kecuali situs kriptologi.com yang sedari awal pendiriannya selalu menekankan netralitas dan berpondasikan fakta sebagai pedoman kerja yang selalu dipegang.
Bila sedikit saja kita mencari informasi tentang pencucian uang via bitcoin, kita akan menemukan banyak kasus di dunia, di mana adopsi aset kripto oleh para penjahat kerah putih ini terus merebak. TheNextWeb misalnya, belum setahun lalu menurunkan berita tentang pencucian uang via bitcoin sebanyak US$2,5miliar. Ditekankan dalam artikel tersebut, bahwa:
Laundering BTC is easy on unregulated exchanges
TheNextWeb
Ditambahkannya lagi, uang kripto curian bernilai hingga US$1miliar terindikasi akan dicuci dalam waktu yang tidak terlalu lama. Apakah ini jumlah yang sedikit, sebagaimana disampaikan direktur ABI?
Chainalysis dan teknik-teknik investigasi
Penelusuran transaksi yang dilakukan menggunakan bitcoin tidaklah trivial (tidak mudah dilakukan). Bila bitcoin amat mudah terlacak, tentunya FBI dapat cepat menyelesaikan kasus Silk Road hanya dengan melacak arus dana (metode follow the money). Faktanya, proses pelacakan yang dilakukan FBI jauh lebih rumit ketimbang itu. Detail kasus bisa diperiksa di sini.
Bila pelacakan transaksi bitcoin mudah dilakukan, maka firma investigasi spesialis mata uang kripto Chainalysis tidak akan memperoleh pendanaan besar, di mana US$16juta dikumpulkan pada pendanaan Series A dan US$30juta pada pendanaan Series B. Munculnya perusahaan rintisan yang berfokus pada investigasi transaksi yang tercatat pada blockchain menjadi indikasi kuat bahwa terdapat banyak kasus terkait aset kripto yang sulit terpecahkan tanpa teknik-teknik mutakhir.
Analisis transaksi blockchain dan serangan terhadap anonimitas blockchain merupakan topik yang selalu menarik dibahas. Beberapa hasil riset dalam bidang ini, bila Anda ingin tahu lebih dalam, dapat dibaca dalam paper tulisan Sarah Meiklejohn dan kawan-kawan serta Ron dan Shamir. Reid dan Harrigan juga menulis artikel yang tak kalah menariknya.
Perlunya kewaspadaan dini
Alih-alih meninabobokan orang dengan cerita-cerita yang indah didengar, saya lebih memilih kritis terhadap potensi penyalahgunaan aset kripto yang anonim (atau semi-anonim). Hal ini sejalan dengan apa yang telah saya sampaikan dalam workshop lima hari yang pernah saya ampu untuk salah satu lembaga di Indonesia.
Meskipun, tentu saja, tidak lupa tetap memaparkan bagaimana anonim tidak selalu salah, dan tidak selalu buruk. Anonim diperlukan untuk melindungi individual dari ancaman pihak lain yang tidak diinginkan.