. . .

Saat Seluruh Bitcoin Selesai Ditambang, Keruntuhan Membayang

Bitcoin yang kita kenal saat ini merupakan mata uang kripto pertama di dunia. Sebelum Bitcoin, tidak ada sistem lain yang menjadi patron tentang bagaimana sebuah mata uang swasta tanpa pengendali pusat harus didesain. Dengan kondisi yang seperti ini, maka keputusan desain menjadi amat krusial karena akan menentukan keberlangsungan sistem tersebut.

Satoshi Nakamoto, siapapun dia, mencetuskan ide sekaligus mengimplementasikan ide tersebut ke dalam sistem mata uang kripto Bitcoin. Ia dianggap sebagai salah satu anggota cypherpunk yang cenderung memiliki paham libertarian. Salah satu hal yang paling diinginkan oleh kaum libertarian selain kebebasan adalah sistem uang tanpa inflasi. Karena inflasi banyak disebabkan oleh suplai uang yang tidak terbatas, maka Bitcoin didesain sedemikian rupa sehingga hanya akan memproduksi koin sebanyak 21 juta saja. Produksi koin ini dilakukan bertahap, di mana koin-koin baru diciptakan setiap kali blok baru dibuat oleh para penambang.

Koin-koin dalam mata uang kripto Bitcoin ini dihadiahkan kepada para penambang sebagai salah satu komponen kompensasi atas jasa mereka mengamankan sistem dari gangguan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Jumlah koin yang dihadiahkan kepada para penambang adalah sebanyak 50 BTC selama 4 tahun pertama, kemudian akan berkurang separuhnya setiap 4 tahun sekali, yang disebut dengan reward halving. Konsep pengaturan suplai ini dijelaskan dengan baik dalam laman Wiki Bitcoin tentang controlled supply.

Banyak orang bertanya kepada saya, apa yang terjadi saat seluruh bitcoin telah habis ditambang, yang diperkirakan akan terjadi di tahun 2140? Apabila saat itu datang, maka para penambang akan mengandalkan komponen ongkos transaksi untuk menutup biaya operasional penambangan, sekaligus menjadi satu-satunya sumber penghasilan penambangan. Meskipun rencana ini tampak meyakinkan, ternyata para peneliti tidak sependapat.

Dalam paper yang dipublikasikan tahun 2017 lalu, Miles Carlsten, Harry Kalodner, S. Matthew Weinberg, dan Arvind Narayanan menyampaikan bahwa akan terjadi ketidakstabilan dalam penambangan bitcoin jika koin-koin baru tidak lagi diproduksi. Hal ini disebabkan karena para penambang akan selalu berusaha mendapatkan keuntungan terbesar selama proses penambangan dilakukan.

Paper yang berjudul On the Instability of Bitcoin Without Block Reward tersebut menggambarkan bagaimana para penambang akan menyesuaikan algoritma mereka. Selama ini, para penambang akan selalu menambang di cabang blockchain yang lebih panjang. Namun tanpa adanya block reward yang memberi mereka koin bitcoin baru, mereka akan memilih cabang blockchain yang memberi penghasilan lebih besar, alias cabang yang menyediakan akumulasi ongkos transaksi yang lebih besar ketimbang cabang lain.

Perubahan algoritma yang dianut para penambang akan sangat memperlemah keamanan blockchain, sehingga serangan akan lebih mudah dilakukan. Jika saat ini 51% attack terhadap bitcoin memiliki ongkos amat tinggi, maka barangkali di masa mendatang serangan akan dapat dilakukan dengan kekuatan komputasi jauh di bawah 51%. Dengan demikian, hilangnya block reward akan membuat ketidakstabilan dalam sistem blockchain milik bitcoin.

Satu hal yang mungkin dapat menghibur kita adalah bahwa mungkin kita tidak akan mengalami bencana katastropik semacam ini.

2 thoughts on “Saat Seluruh Bitcoin Selesai Ditambang, Keruntuhan Membayang”

  1. “…Satu hal yang mungkin dapat menghibur kita adalah bahwa mungkin kita tidak akan mengalami bencana katastropik semacam ini.” ~ Kalimat penutup yang cukup menenangkan 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.