Pada tanggal 1 Juni kemarin, jaringan Visa di wilayah Eropa mengalami gangguan. Gangguan ini terjadi sekitar pukul 3 sore waktu London. Akibat dari gangguan ini, para pelanggan tidak dapat mengakses berbagai layanan seperti toko ritel dan bahkan layanan transportasi.
Visa sendiri merupakan jaringan pembayaran terbesar di dunia, yang melayani transaksi di hampir semua tempat di seluruh dunia. Pembayaran melalui Visa dapat diakses dengan menggunakan kartu ataupun memasukkan data-data kartu secara online.
Meskipun gangguan ini telah dikonfirmasikan kepada pihak Visa, namun mereka belum dapat memastikan penyebab dari gangguan ini, yang membuat jaringan Visa tidak dapat melayani pembayaran dari para penggunanya.
Uniknya, beberapa orang mencoba untuk membanding-bandingkan kejadian jaringan offline Visa ini dengan jaringan blockchain, misalnya milik Bitcoin. Blockchain sendiri merupakan jaringan peer-to-peer yang tidak memiliki single point of failure, sehingga apabila sebuah node tidak dapat diakses, pengguna dapat mengakses node lain yang memiliki data-data transaksi yang identik. Dapat dikatakan bahwa tingkat robustness sistem blockchain lebih baik ketimbang metode server tradisional.
Hanya saja, permasalahan besar dari sistem blockchain terletak pada latency atau jumlah transaksi yang dapat dikonfirmasi. Kapasitas yang rendah ini merupakan dampak dari perlunya memastikan bahwa seluruh node telah menerima blok terbaru (propagasi jaringan), sehingga meminimalisasi terjadinya double spending saat blok-blok baru telah terbuat sementara blok sebelumnya belum diterima.
Jadi, dengan puluhan ribu transaksi yang harus dikonfirmasi setiap detiknya, amat sulit bagi Visa untuk mengadopsi teknologi blockchain secara utuh. Lantas, bagian mana dari blockchain yang dapat dimanfaatkan? Mari kita telaah.
Pertama-tama, salah satu bagian terberat yang ada dalam blockchain publik seperti milik Bitcoin adalah sistem konsensus publiknya. Konsensus ini memastikan bahwa informasi yang disimpan diamankan dari pengubahan yang tidak diperlukan. Namun metode konsensus publik yang ada saat ini belum ada yang mendukung kapasitas besar. Oleh karena itu sistem konsensus harus dihapus oleh Visa dan menggantikannya dengan sistem tersentralisasi.
Dapatkah sistem tersentralisasi menggunakan blockchain? Tentu saja. Ada dua jenis blockchain selain blockchain publik, yakni blockchain konsorsium dan blockchain privat. Jika dalam blockchain konsorsium akan ada beberapa pihak yang mengkonfirmasi transaksi (entah secara bergantian ataupun bersama-sama), maka dalam blockchain privat transaksi akan dikonfirmasi oleh satu pihak. Blockchain privat inilah yang bisa dipakai oleh Visa.
Keuntungan dari sistem blockchain adalah memungkinkan duplikasi data tanpa kekacauan yang tidak diperlukan. Blockchain dapat memastikan bahwa seluruh data disalin dengan benar, dengan memanfaatkan fungsi hash yang saling terhubung satu sama lain. Apabila Visa memanfaatkan struktur serupa blockchain ini, maka data-data dapat diduplikasi dengan benar dan juga sinkronisasi dapat dilakukan dengan lebih baik lagi.
Menggunakan sistem blockchain bukan berarti bahwa Visa akan terbebas sepenuhnya dari persoalan jaringan down. Di dalam sistem blockchain sendiri terdapat beberapa tipe serangan yang dapat menghindarkan pengguna untuk mengakses informasi dari server atau node, meskipun terdapat banyak node yang tersedia. Tipe-tipe serangan ini di antaranya denial of service dan eclipse attack/sybil attack. Denial of service dilakukan dengan meluncurkan banyak permintaan palsu kepada sebuah server yang diserang sehingga server tersebut kewalahan melayani permintaan-permintaan palsu ini sehingga permintaan asli tidak terlayani. Sementara eclipse attack dilakukan dengan mengerubungi sebuah node korban dengan node palsu yang menyediakan informasi yang tidak tepat, sehingga sang node akan memiliki informasi yang salah pula.
Blockchain sendiri dapat bermanfaat untuk meningkatkan robustness dari jaringan, namun banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk membuat blockchain menjadi sebuah platform yang berkapasitas tinggi dan dapat diadopsi oleh korporasi raksasa seperti Visa.