Cryptocurrency seperti Bitcoin dan Ethereum saat tulisan ini ditulis memiliki harga yang sangat tinggi. Bitcoin di posisi pertama mencapai kisaran harga US$4000 per koin, sementara Ethereum menyusul dengan nilai US$290 per koin. Nilai pasar keduanya adalah US$68 miliar dan US$27 miliar. Angka-angka yang luar biasa tinggi ini, tidak dapat dipungkiri, merupakan dampak perdagangan cryptocurrency yang dilakukan di berbagai platform pasar cryptocurrency yang jumlahnya tidak sedikit.
Dalam mengambil keputusan beli ataupun jual, seorang trader cryptocurrency umumnya menggunakan analisis teknikal, yakni menganalisis data perdagangan yang telah terjadi dengan menggunakan bantuan chart. Saya tidak akan membahas analisis teknikal dalam artikel kali ini, karena lebih tertarik dengan sebuah model analisis lain, yakni analisis fundamental. Jika pada umumnya analisis teknikal dilakukan oleh para trader, tidak demikian dengan analisis fundamental, karena memerlukan expertise atau kecakapan yang lebih dalam memahami informasi yang berkaitan dengan aset atau komoditas yang diperdagangkan.
Jika analisis fundamental dalam perdagangan saham dilakukan oleh para akuntan dalam memahami laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang melantai di bursa, analisis fundamental dalam cryptocurrency baiknya dilakukan oleh pakar kriptografi dan pakar perangkat lunak. Kriptografi (atau kriptologi) bukanlah ilmu yang sama sekali baru. Teknik kriptografi pertama telah dikenal sejak era Romawi dengan nama Caesar Cypher, yakni sebuah metode pengacakan pesan sederhana dengan menggeser huruf-huruf sebanyak beberapa kali dengan konstan. Kriptografi dikenal sebagai sebuah ilmu yang cukup rumit karena sangat berkaitan dengan teknik matematika tingkat lanjut, namun berkat jasa Satoshi Nakamoto, para kriptografer di seluruh dunia kebanjiran job di bidang yang baru ini.
Beberapa sumber yang telah ada menyajikan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis fundamental. Menurut Coindesk, analisis fundamental dilakukan terhadap:
- jumlah suplai, yakni total koin yang disediakan oleh sistem cryptocurrency tersebut
- jumlah permintaan, yakni daya serap pasar terhadap koin-koin yang telah ada
- peristiwa besar yang terjadi, misalnya peristiwa hacking pasar cryptocurrency besar
Cryptorials menambahkan beberapa poin yang belum dibahas oleh Coindesk, yakni:
- jumlah dan volume transaksi
- level adopsi sebuah cryptocurrency (misalnya kemudahan beli dalam pasar besar dan dukungan vendor)
- utilitas jaringan (misalnya biaya per transaksi)
- kesehatan jaringan (misalnya jangka waktu konfirmasi sebuah transaksi)
Saya akan menambahkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis fundamental cryptocurrency sebagai berikut.
Rancangan Kriptografi
Membaca whitepaper (atau yellow paper, istilah yang digunakan oleh Ethereum) sebuah cryptocurrency sebelum memutuskan meletakkan portofolio dalam cryptocurrency tersebut adalah hal yang wajib dilakukan. Whitepaper biasanya menyediakan rincian teknik yang diaplikasikan dalam sistem tersebut, termasuk detail metode kriptografi yang dilakukan. Salah satu poin utamanya adalah penggunaan kriptografi asimetris (public key cryptography) yang berpengaruh pada panjang alamat (wallet) dan tanda tangan digital. Kebanyakan cryptocurrency menggunakan metode Elliptic Curve Cryptography (ECC) yang memiliki ukuran kunci yang kecil. Tanda tangan digital berpengaruh terhadap seberapa kuat sistem tersebut dalam menghadapi ancaman serangan, misalnya dengan memanfaatkan celah malleability yang nyata pada Bitcoin, ataupun juga potensi serangan di masa depan dengan menggunakan komputer kuantum. Produk-produk cryptocurrency baru sudah mulai merespon potensi “quantum attack” untuk menjamin bahwa sistem mereka masih tetap dapat berjalan dalam dunia komputasi kuantum yang memiliki kekuatan komputasi berkali-kali lipat dari komputasi terkuat yang pernah ada.
Implementasi Perangkat Lunak
Selain rancangan kriptografi, implementasi perangkat lunak juga harus jadi perhatian. Sebuah sistem yang mengklaim diri memiliki pengamanan terkuat, bisa saja jatuh pada kesalahan penulisan kode software, misalnya yang pernah terjadi pada cryptocurrency berbasis CryptoNote yang menggunakan codebase yang sama. Memastikan bahwa sebuah software tidak memiliki bug adalah pekerjaan yang mustahil dilakukan, terlebih terhadap sistem kompleks yang memiliki ribuan baris kode dan ditulis oleh banyak orang yang memiliki style pemrograman yang berbeda satu sama lain.
Jumlah Node
Jumlah server (node) yang menyimpan blockchain cryptocurrency tertentu merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah cryptocurrency tersebut mendapatkan dukungan yang baik oleh komunitas. Salah satu problem dalam dunia cryptocurrency adalah ketiadaan reward ekonomi terhadap pihak penyedia server. Semakin banyak server yang tersedia menjadi indikator bahwa cryptocurrency tersebut “ramai” oleh para vendor dan penyedia jasa terkait cryptocurrency tersebut. Berhubung cryptocurrency merupakan sistem komunitas, maka hidup matinya sistem sangat bergantung pada komunitas tersebut, baik dari sisi penyedia jasa maupun pengguna jasa.
Fasilitas Sistem
Anda dapat menganalogikan cryptocurrency sebagai sebuah software pemroses kata seperti Microsoft Word. Anda menginginkan perangkat lunak yang memiliki fitur lengkap untuk memenuhi kebutuhan Anda yang beragam, misalnya mengolah kata, memformat paragraf, menambahkan gambar dan grafik, nomor halaman, dan daftar isi. Namun terkadang Anda juga menginginkan software sederhana yang cukup untuk mengolah kata. Berbagai keperluan spesifik ini direspon oleh cryptocurrency dengan berbagai jenis produk yang memiliki fitur yang sangat beragam. Sebut saja Ethereum dengan smart contract, Dash dengan fitur mixer, Monero dengan ring signature dan confidential transaction untuk melindungi privasi pengguna, Zcash dengan zero-knowledge (atau lebih tepatnya zk-SNARK) yang mengguncang dunia, ataupun IOTA yang dikembangkan spesifik untuk Internet of Things (IoT).
Dengan menganalogikan koin cryptocurrency sebagai tiket untuk menggunakan perangkat lunak, maka tergantung seberapa besar kebutuhan Anda (dan orang lain) terhadap perangkat lunak tersebut untuk memenuhi kebutuhan Anda. Anda mungkin memerlukan smart contract untuk pemrograman mata uang yang kompleks di masa depan, dan dengan demikian Anda menyimpan Ether dalam jumlah besar. Anda juga mungkin memproyeksikan bahwa IoT akan menjadi superior di masa mendatang, dan demikian MIOTA menjadi pilihan. Sayangnya sebuah sistem tidak dapat memenuhi semua fitur, oleh karena itu pembuatan portofolio menjadi hal yang logis. Dan jika Anda merasa memerlukan fasilitas yang ditawarkan oleh cryptocurrency ini, Anda bisa saja memutuskan untuk membelinya saat ini, terlepas dari harga dan prediksi harga di masa depan.
Perlu diperhatikan pula bahwa tidak ada sistem sempurna di dunia ini. Sebuah fasilitas “mewah” harus dibayar dengan harga mahal, misalnya dalam hal smart contract yang kompleks dan dengan demikian memerlukan analisis keamanan yang lebih mendalam. Atau sistem kaku yang ada pada Bitcoin sangat efisien namun tidak banyak memberikan dukungan pada kustomisasi skrip. Atau pula zero-knowledge pada Zcash yang memerlukan kekuatan komputasi yang cukup tinggi sehingga sangat sukar diimplementasikan dalam perangkat terbatas seperti ponsel pintar. Proses perbaikan yang terus menerus oleh para pengembang membuat cryptocurrency sangat menarik disimak. Apakah cryptocurrency dapat bertahan hingga bertahun-tahun lagi? Apakah cryptocurrency mampu mengguncang sistem perbankan yang telah mapan selama ratusan tahun? Who knows.
Catatan: tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mengajak pembaca melakukan pembelian (investasi, spekulasi, you name it) cryptocurrency apapun. Penyebutan beberapa produk cryptocurrency yang disebut dalam artikel ini tidak dapat terhindarkan untuk memberikan contoh nyata kepada pembaca. Penulis tidak berafiliasi dengan produk cryptocurrency manapun kecuali disebutkan secara eksplisit.