. . .

Abstrak

Harga yang semakin tinggi menempatkan Bitcoin di posisi yang istimewa di mata banyak orang, khususnya yang berminat meraup keuntungan dari selisih harga. Tidak sedikit tulisan yang memuji-muji sistem ini sebagai sebuah mekanisme revolusioner dalam menyelesaikan banyak perkara khususnya dalam dunia finansial. Tulisan ini mengajak pembaca untuk melihat Bitcoin dengan kacamata yang berbeda. Terlepas dari harganya yang semakin melonjak, menarik disimak mengapa dan bagaimana harga tersebut terbentuk. Tulisan ini tidak berusaha untuk mendiskreditkan Bitcoin ataupun cryptocurrency manapun. Pembaca sangat disarankan untuk mendalami sumber referensi yang tercantum dalam tulisan ini.

Pendahuluan

Tanggal 3 Januari 2009 patut dikenang sebagai hari paling bersejarah dalam dunia cryptocurrency. Tanggal tersebut merupakan tanggal terbentuknya genesis block oleh Satoshi Nakamoto sang pencipta Bitcoin [1]. Genesis block merupakan blok bernomor urut 0 yang menjadi awal mula sistem Bitcoin. Kemudian, perangkat lunak yang menjalankan sistem Bitcoin diperkenalkan dalam milis kriptografi pada 9 Januari 2009, dan transaksi bitcoin pertama di dunia dilakukan oleh Satoshi dan Hal Finney terjadi pada 12 Januari 2009 yang direkam pada blok 170. Sebagaimana sejarah mencatat, Bitcoin kini memiliki harga yang semakin meningkat dan menduduki posisi pertama dalam daftar cryptocurrency paling berharga di dunia dengan total valuasi senilai US$67 miliar (Menurut situs Coinmarketcap.com per tanggal 16 Agustus 2017), jauh meninggalkan Ethereum di posisi kedua yang memiliki total valuasi US$28 miliar. Kenaikan harga yang sangat signifikan terjadi dalam setahun belakangan, di mana harga tercatat US$569 pada 16 Agustus 2016, dan pada tanggal 17 Agustus 2017 diperdagangkan di harga lebih dari US$4000 per bitcoin. Lonjakan harga ini mencapai lebih kurang 7 kali lipat hanya dalam waktu 1 tahun saja.

Penyebab Kenaikan Harga

CNN coba mengulas setidaknya 3 alasan yang menyebabkan kenaikan harga yang sangat signifikan sebagaimana telah disebut di atas [2]. Pertama, munculnya Bitcoin Cash justru memotivasi orang-orang untuk membeli Bitcoin. Kemunculan Bitcoin Cash telah jauh-jauh hari direncanakan untuk diciptakan pada tanggal 1 Agustus 2017 berasal dari sistem yang sama dengan Bitcoin. Karena memiliki rekaman seluruh transaksi bitcoin, maka siapapun yang memiliki token bitcoin (sering disingkat sebagai BTC) sebelum tanggal tersebut akan secara otomatis memiliki token bitcoin cash (atau juga disebut BCH) dengan jumlah yang sama dengan token bitcoin yang dimilikinya. Artinya, jika seseorang memiliki 1 BTC sebelum 1 Agustus 2017, maka setelah tanggal 1 Agustus 2017 ia akan memiliki tambahan 1 BCH di samping 1 BTC yang telah dimilikinya. Potensi keuntungan berlipat pun akan diperoleh seandainya memang Bitcoin Cash dapat tetap bertahan di pasar cryptocurrency.

Alasan kedua yang disinyalir menjadi penyebab kenaikan harga BTC adalah karena peningkatan teknologi yang dijanjikan oleh Bitcoin melalui perubahan sistem. Para pengembang Bitcoin menjanjikan peningkatan skalabilitas Bitcoin melalui metode baru yang dinamai Segregated Witness (SegWit) untuk memberi ruang tambahan bagi lebih banyak transaksi. Dengan skalabilitas yang meningkat, maka problema kenaikan ongkos transaksi diharapkan dapat diatasi. Alasan ketiga yang juga diperkirakan mempengaruhi harga bitcoin adalah legalisasi penggunaan bitcoin di Jepang. Jepang menjadi negara pertama yang mengakui bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah di negaranya. Dengan demikian, siapapun tidak perlu mengkonversi bitcoin ke dalam mata uang local untuk berbelanja barang-barang di negara tersebut. Inilah yang memicu orang membeli bitcoin untuk mendapatkan manfaat dari kemudahannya dalam bertransaksi secara elektronik.

Bitcoin Memiliki Nilai?

Pada tahun 2014, Alstyne menerbitkan sebuah artikel yang mengulas beberapa faktor yang menyebabkan bitcoin memiliki nilai [3]. Pertama tentang kemampuan Bitcoin mampu menghindarkan seseorang membelanjakan uang yang sama berkali-kali. Untuk sistem yang berjalan tanpa menggunakan pihak sentral, metode yang digunakan Bitcoin memang brilian. Bitcoin mampu mengubah Internet dari sistem transfer data menjadi sistem transfer nilai. Faktor kedua adalah biaya transaksi Bitcoin yang sangat murah bahkan mendekati 0, memberikan keuntungan lebih bagi para pengguna jika dibandingkan dengan biaya transaksi kartu kredit yang mencapai 5% dari total uang yang dibelanjakan. Faktor ketiga kemudahan mendeteksi kecurangan dalam sistem. Sebagaimana banyak terjadi pencurian informasi kartu kredit dan pendebetan kartu yang tidak semestinya, di dalam sistem Bitcoin hal tersebut sulit dilakukan dan akan segera terdeteksi secara instan. Faktor terakhir adalah karena kepercayaan masyarakat yang meyakini bahwa Bitcoin memiliki nilai.

Perkembangan situasi pasar cryptocurrency di tahun ini semestinya membuat kita bertanya lagi, mengapa Bitcoin memiliki nilai? Apakah peningkatan harga Bitcoin di pasar cryptocurrency memang mencerminkan harga yang sebenarnya? Adam Hartung dari Forbes memberikan perspektif yang berbeda atas kenaikan harga ini. Ia memaparkan bahwa Bitcoin tidak memiliki underlying value atau aset yang menjadi dasar harga komoditas yang diperdagangkan [4]. Bitcoin berbeda dengan emas batangan. Emas memiliki nilai dasar aset yang meskipun tidak laku dijual di pasar komoditas, masih dapat diterima oleh industri, misalnya elektronik maupun perhiasan. Bitcoin tidak memiliki nilai apapun jika suatu saat tidak lagi dipercaya oleh masyarakat (faktor keempat oleh Alstyne), karena bukti bahwa seseorang memiliki Bitcoin hanyalah berupa catatan dalam sebuah buku besar (ledger) elektronik. Hartung menekankan banyaknya spekulator (dan bukan investor) dalam pasar Bitcoin. Para spekulator ini, menurutnya, hanya mempedulikan harga dan momentum harga Bitcoin pada saat ini, sehingga mereka cenderung menginginkan profit besar dalam waktu singkat.

Bukan mustahil jika pasar cryptocurrency saat ini dikuasai para pemodal raksasa, yang disebut sebagai “Spoofy” dalam artikel yang diturunkan oleh Hackernoon [5]. Spoofy merupakan istilah bagi trader (pedagang komoditas) yang melakukan aktivitas “spoofing”, yakni sebuah usaha untuk memanipulasi pasar dan menciptakan sebuah kondisi yang seolah-olah “bullish” atau meningkatnya harga komoditas, sehingga para pelaku pasar lain berbondong-bondong membeli komoditas tersebut. Aktivitas spoofing telah dilarang di Amerika Serikat sejak tahun 2010, namun pasar cryptocurrency saat ini memang belum diregulasi dengan baik, sehingga aktivitas tersebut masih terjadi. Aktivitas Spoofy terindikasi terjadi di pasar Bitfinex, namun tidak menutup kemungkinan aksi spoofing terjadi di pasar lainnya.

Apakah Bitcoin Memiliki Nilai?

Mungkin ada baiknya jika penilaian terhadap Bitcoin ditinjau ulang, terlepas dari hingar-bingar aktivitas pasar yang mencengangkan dan melonjakkan harga BTC hingga level yang sulit dipercaya. Artikel MIT Technology Review yang dipublikasikan pada Januari 2017 masih relevan hingga sekarang [6]. Bitcoin kini tidak memiliki nilai teknologi yang istimewa, kecuali statusnya sebagai nenek moyang semua cryptocurrency dan teknologi blockchain yang ada. Harga Bitcoin tidak mencerminkan manfaat yang bisa diperoleh para penggunanya. Berbagai jenis cryptocurrency yang mengadopsi teknologi serupa telah banyak bermunculan, sebut saja Litecoin, Dogecoin, atau bahkan saudara kandung Bitcoin, Bitcoin Cash, yang memiliki harga jauh lebih murah dibanding Bitcoin.

Dari sudut pandang layanan yang ditawarkan, Bitcoin sulit bersaing dengan cryptocurrency yang usianya lebih muda, sebut saja Ethereum yang mengimplementasikan protokol smart contract, atau Monero dan Zcash yang memberikan perlindungan privasi lebih baik. SegWit yang baru saja diluncurkan dalam sistem Bitcoin masih memerlukan penyesuaian lebih lanjut, sebab para pengguna harus mengkonstruksi ulang sistem mereka untuk dapat memanfaatkan SegWit secara optimal. Akibatnya, biaya transaksi Bitcoin hingga kini masih tetap tinggi, yakni mencapai hampir Rp30 ribu per transaksi (hasil konversi rupiah dari rerata biaya transaksi sebesar 50.000 satoshi menurut Bitcoinfees.21.co).

Dengan biaya transaksi yang demikian besar, mustahil seseorang rela membelanjakan bitcoin miliknya untuk membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari, yang mungkin nilainya tidak seberapa. Belum lagi kecenderungan orang untuk menahan bitcoin dan memutuskan untuk tidak membelanjakan atau setidaknya menunda membelanjakan bitcoin karena berharap nilainya akan meningkat di masa mendatang. Dalam hal ini, bitcoin tidak akan mampu menjadi alat tukar menyaingi uang lokal (misalnya rupiah) yang telah ada saat ini.

Kesimpulan

Tulisan ini menyajikan sudut pandang lain dalam menyikapi harga Bitcoin di pasaran. Longgarnya regulasi di pasar cryptocurrency menyebabkan praktik manipulasi marak terjadi. Nilai Bitcoin yang semakin tinggi tidak mencerminkan kebermanfaatannya dari sisi teknologi; nilai tambah yang ditawarkan tidak sebanding dengan harga yang harus dibayarkan oleh pengguna. Status Bitcoin sebagai perintis teknologi cryptocurrency dan blockchain tidak akan tergeser hingga kapanpun, namun tidak berarti masa depan lebih cerah terjamin untuk Bitcoin. Para pengguna perlu mempertanyakan kembali posisi bitcoin, karena ia tidak cocok disimpan sebagai aset maupun diperlakukan sebagai mata uang.

Referensi

[1] S. Nakamoto, “A Peer-to-peer Electronic Cash System,” 2008.
[2] R. Iyengar, “Bitcoin has doubled in value in a month. Here’s why,” CNN, 14 August 2017. [Online]. Available: http://money.cnn.com/2017/08/14/technology/bitcoin-price-rise-reasons/index.html. [Accessed 17 August 2017].
[3] M. Van Alstyne, “Why Bitcoin Has Value,” Communications of the ACM 57.5, pp. 30-32, 2014.
[4] A. Hartung, “A Bitcoin Is Worth $4,000–Why You Probably Should Not Own One,” Forbes, 15 August 2017. [Online]. Available: https://www.forbes.com/sites/adamhartung/2017/08/15/a-bitcoin-is-worth-4000-why-you-probably-should-not-own-one/#7dc4c593b082. [Accessed 17 August 2017].
[5] BitCrypto’ed, “Meet ‘Spoofy’. How a Single entity dominates the price of Bitcoin.,” 4 August 2017. [Online]. Available: https://hackernoon.com/meet-spoofy-how-a-single-entity-dominates-the-price-of-bitcoin-39c711d28eb4. [Accessed 17 August 2017].
[6] J. Condliffe, “Why Bitcoin’s $1,000 Value Doesn’t Matter,” MIT Technology Review, 3 January 2017. [Online]. Available: https://www.technologyreview.com/s/603295/why-bitcoins-1000-value-doesnt-matter/. [Accessed 17 August 2017].

 

One thought on “Mengapa Bitcoin Memiliki Nilai?”

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.