. . .

Saat artikel ini ditulis, harga bitcoin berada di kisaran Rp36 juta menurut exchange lokal, setelah sempat mencapai harga Rp40 juta. Bitcoin berharga sekitar Rp3 juta pada awal 2015, kemudian meningkat ke Rp 5-7 juta di akhir 2015, sebelum meroket sepanjang tahun 2016 dan tidak terlihat kehabisan bensin hingga pertengahan 2017 ini. Kenaikan harga sebesar 150% dalam waktu setahun saja, membuat pasar bitcoin tetap bergairah, dan semakin menunjukkan peningkatan sehubungan dengan legalisasi penggunaannya di seluruh wilayah Jepang. Bitcoin bahkan sempat menjadi pusat perhatian kalangan Wall Street saat Winklevoss bersaudara hendak mendaftarkan

Bitcoin bahkan sempat menjadi pusat perhatian kalangan Wall Street saat Winklevoss bersaudara hendak mendaftarkan ETF berbasis bitcoin ke dalam bursa perdagangan saham di Amerika Serikat, meski SEC pada akhirnya menolak proposal mereka. Penolakan ini  diyakini tidak menghentikan langkah para pencari profit untuk berlomba-lomba berinvestasi dalam rupa bitcoin, dan sebagaimana hukum pasar, permintaan yang tinggi akan menyebabkan kenaikan harga untuk barang yang jumlahnya terbatas. Mengapa jumlah bitcoin di pasaran terbatas? Ada 2 sebab. Sebab pertama adalah karena suplai bitcoin memang dibatasi, dan terpotong separuhnya saat reward halving yang kedua terjadi di pertengahan tahun 2016 lalu (dari 25 BTC per blok menjadi 12,5 BTC per blok). Sebab kedua adalah karena semua orang enggan melepas bitcoin ke pasaran.

Tulisan saya terdahulu terkait kenaikan harga bitcoin pasca reward halving telah membahas dampak kenaikan harga ini terhadap “nafsu” membeli para pemburu profit; tampaknya mereka mendapat jackpot, sebab kenaikan yang luar biasa selama setahun belakangan ini. Dampak negatif atas hal ini adalah terhambatnya proses akulturasi dan adopsi bitcoin dalam lingkup yang lebih luas, karena harganya yang terasa mahal. Dan sekarang ini, setidaknya saya merasakan dampak negatif lainnya.

Sebagai seorang periset, saya kesulitan menghadapi kenaikan harga bitcoin yang begitu signifikan, apalagi saya tidak memiliki dukungan finansial atas riset-riset yang saya lakukan. Kenaikan harga bitcoin saat ini sejatinya tidak rasional, sebab terasa seperti inflasi. Mengapa inflasi? Karena komunitas Bitcoin gagal menemukan solusi – tidak hanya solusi jangka pendek namun juga solusi permanen – terhadap kondisi jaringan Bitcoin yang saturated (jenuh, kepenuhan). Akibatnya transaksi-transaksi yang dikirim ke jaringan Bitcoin mengalami penundaan, tidak hanya dalam hitungan menit atau jam, bahkan hingga berhari-hari. Keadaan ini membentuk suatu persaingan (tidak sehat) antarpengguna bitcoin sendiri (topik ini saya telah saya bahas di sini) dengan menaikkan ongkos bitcoin secara signifikan dengan presentase yang jauh di atas nilai standarnya. Padahal, ongkos tinggi yang dibayarkan tidak membuat mereka mendapatkan layanan lebih baik ketimbang saat jaringan Bitcoin tidak seramai saat ini. Kondisi yang sama terjadi setiap kali tarif dasar listrik dinaikkan (harga meningkat tanpa peningkatan layanan).

Harga yang mahal ditambah ongkos transaksi yang mahal barangkali membuat para pengembang sistem baru enggan masuk ke dalam platform Bitcoin. Mereka lebih memilih untuk beralih ke Ethereum, sebagaimana kebanyakan ICO juga lebih menyukai pembayaran dalam bentuk Ethereum (ETH). Para pengembang biasanya membutuhkan token untuk “dibuang” dalam bentuk eksperimen yang tidak selalu berhasil (sebagaimana yang pernah saya lakukan: saya membuang cukup banyak bitcoin selama meriset 2 tahun yang lalu, meski tidak sampai setengah BTC). Kini pertanyaan penting perlu dimunculkan kembali ke permukaan: seperti apa masa depan bitcoin dengan segala problem yang mendera saat ini? Saya tidak yakin di Jepang transaksi bitcoin meningkat, sebab untuk apa membelanjakannya saat ini jika besok nilai bitcoin naik?

Jika ada pertanyaan “mengapa nilai bitcoin saat ini naik?”, terus terang saya tidak bisa menjawabnya.

3 thoughts on “Harga Terus Meroket, Bahayakan Masa Depan Bitcoin?”

  1. Apakah Bitcoin akan digantikan oleh Ethereum 10 tahun kedepan om? Melihat biaya dan proses transaksi bitcoin sudah termasuk kalah jauh dengan altcoin lainnya . . .

    1. belum tentu. ekosistem bitcoin masih jadi salah satu yang terbaik, belum lagi berbagai proposal yang diajukan untuk meningkatkan performa. patut ditunggu kelanjutan nasib bitcoin di masa mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.