Salah satu tujuan utama cryptocurrency adalah untuk menandingi payment processor internasional seperti Visa, Mastercard, dan Paypal. Mereka ini memang bersaing head-to-head dengan Bitcoin, Ethereum, dan mata uang virtual sejenis. Sebab, jika cryptocurrency bisa diadopsi secara global untuk menggantikan mata uang fiat yang berbeda-beda antara satu negara dengan negara lain, maka payment processor tidak akan memiliki pasar lagi.
Nah, meskipun memiliki fungsi yang serupa, masing-masing produk ternyata memiliki kapasitas yang berbeda. Bitcoin misalnya, tanpa solusi skalabilitas seperti SegWit dan BU yang masih sama-sama kuat dan sama-sama belum dapat teraktivasi, hanya mampu menampung sebanyak 7 transaksi per detik (transaction per second atau TPS), meski konon pada kenyataannya jumlah transaksinya jauh lebih sedikit yakni 3 sampai 4 TPS saja. Jumlah transaksi ini terbatas karena ukuran blok yang dibatasi sebesar 1 MB dan jangka waktu pembuatan blok baru setiap 10 menit.
Ethereum yang muncul setelah Bitcoin, memiliki kapasitas transaksi sebanyak 20 TPS. Ethereum tidak memiliki batasan ukuran blok namun jumlah gas tiap blok dibatasi, yang membuat semakin besar ukuran blok maka harga yang dibayar juga semakin tinggi. Ethereum memproduksi blok baru setiap sekitar 12 detik.
Mari bandingkan kapasitas kedua cryptocurrency tersebut dengan payment prosesor yang ada sekarang. Paypal dapat menangani transaksi hingga 193 TPS dengan total 6,1 miliar transaksi selama tahun 2016. Paypal mengklaim pada jam-jam tersibuk mampu melayani hingga 450 TPS. Sementara itu sistem Visa berkapasitas 150 juta transaksi per hari atau sekitar 1667 TPS. Visa mengklaim bahwa sistem mereka mampu menangani hingga 56 ribu TPS.
Meskipun beberapa alternatif solusi telah ada bagi cryptocurrency, namun hingga saat ini belum ada implementasi yang memadai agar peningkatan TPS dapat mendekati atau menyaingi Visa. Lightning Network di Bitcoin ataupun Raiden Network di Ethereum masih dalam tahap pengembangan.